indate.net-BOGOR - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor rupanya masih memiliki kendala dalam mengurangi sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Galuga.Hasil catatan DLH Kota Bogor, timbulan sampah di Kota Bogor saat ini mencapai 600 ton per hari. Jumlah tersebut, 76 persen sampah terangkut ke TPA Galuga. “Timbulan sampah di Kota Bogor saat ini rata-rata 500 sampai 600 ton per hari. Kami bisa mereduksi sampah sekitar 100 ton (24 persen),” kata Kepala Bidang Persampahan pada DLH Kota Bogor, Asep Faisal Rahman, kemarin. Pengurangan sampah tersebut melalui 31 Tempat Pengolahan Sampah (TPS) reduce, reuse dan recycle (3R) yang tersebar di wilayah Kota Bogor.
Kemudian pengelolaan sampah di lingkungan masyarakat melalui Bank Sampah yang berjumlah 127 unit, serta pemanfaatan sampah organik menjadi kompos. Asep berharap, kedepan dalam penguatan pengurangan sampah di TPA Galuga dengan pengembangan teknologi dan juga inovasi dalam pengelolaan sampah.
Disamping itu, imbuhnya, hal yang menjadi sangat penting, yaitu membangun kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah dari sumbernya. “Dan yang paling penting adalah edukasinya, manset masyarakat tentang sampah ini agar menyadari bahwa sampah itu adalah tanggung jawab mereka di sumbernya untuk meminimalisir, ya harapan bisa sampai 100 persen, mirip di negara-negara yang sudah sukses dalam mengelola sampahnya, seperti Jepang,” ungkapnya.
Untuk itu, DLH Kota Bogor membentuk tim khusus bernama Si Darling kepanjangan dari Aksi Sadar Lingkungan. Tim ini beranggotakan para perempuan yang direkrut dari petugas sapu (pesapon). “Untuk memaksimalkan edukasi kepada masyarakat, kami membentuk tim Si Darling. Kami tidak mau tugasnya hanya menyapu saja, mengambil sampah, tanpa memberikan edukasi ke masyarakat,” kata Kang Well sapaan akrabnya.
Sebelum diterjunkan ke tempat-tempat yang menjadi sumber timbulan sampah di lingkungan masyarakat, mereka akan dibekali pelatihan terlebih dahulu oleh tim pengelolaan sampah. “Mereka nanti akan memberikan edukasi kepada masyarakat, seperti ke pedagang-pedagang di sekolahan, dan kami juga akan berikan tempat sampah terpilah organik dan anorganik. Edukasi juga ke pembeli termasuk pedagang di pasar,” tandasnya. Dengan adanya pengelolaan sampah dari sumbernya, kata Kang Well, juga bisa lebih mengefisienkan proses pemilahan sampah oleh petugas kebersihan.
“Karena proses pemilahan sampah ini luar biasa, dari satu truk saja itu bisa sampai setengah harian jika sendirian,” jelas dia. Ia menargetkan, tahun ini pengurangan sampah yang dibuang ke TPA Galuga bertambah menjadi 27 persen. “Tapi kami ingin bisa tercapai 30 persen,” pungkasnya.(*)