indate.net-BOGOR - “Kalian anak-anak muda, harus berada di depan mengkampanyekan Pemilu (Pemilihan umum) gagasan,” tegas Wali Kota Bogor, Bima Arya dihadapan anak-anak muda peserta Lokalatih di Bumi Gumati, Kabupaten Bogor, beberapa waktu lalu. Lokalatih yang diadakan oleh Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD), Yayasan Paramadina bekerjasama dengan Badan pengawas pemilu (Bawaslu) dan Forum kerukunan umat beragama ini mengangkat tema membangun narasi positif untuk menangkal hoaks dan hasutan di Kota Bogor.
Dalam paparannya, Bima Arya menyampaikan realita dan dinamika dalam kehidupan demokrasi ada tiga jenis orang, yakni orang kecil yang berbicara tentang orang lain, orang biasa yang berbicara tentang peristiwa dan orang besar yang bicara mengenai ide dan gagasan.
Ide dan gagasan bisa disampaikan dari orang ke orang melalui jaringan komunitas, organisasi dan juga media sosial. Namun setiap gagasan atau ide yang ditampilkan dalam platform media sosial ataupun melalui tatap muka perlu dibuat semenarik mungkin dengan menggabungkan antara substansi dan gimmick untuk lebih banyak menarik minat.
Sebab, dalam mengatasi hoaks tidak bisa menggunakan analogi seperti petugas pemadam kebakaran, mematikan api ketika api sudah menyala. “Ada isu klarifikasi, ada fitnah klarifikasi, itu harus ada, tapi tidak bisa seperti itu terus. Sehingga kalian bisa menggunakan cara baru dalam menangkal itu. Bisa dengan membuat isu generate, produksi isu menebar gagasan dan ide kreatif, memancing gagasan anak-anak muda sehingga bisa memunculkan inovasi baru,” ujarnya. Konsep menangkal hoaks dengan produksi gagasan dan ide kreatif dilakukan melalui kajian pembahasan dan analisa mengenai substansi dan gimmick yang hasilnya kembali dievaluasi untuk kemudian memunculkan hal positif baru.
“Kalian anak-anak muda harus jadi penggagas isu, menyebar isu, membuat pemilu kreatif, mengajak anak-anak muda untuk ada di depan, meluaskan barisan menjadikan area pemilu yang mencerahkan dan menyenangkan untuk semua dan itu butuh kreatifitas,” katanya. Direktur Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD), Yayasan Paramadina, Ihsan Ali-Fauzi mengatakan, paparan yang disampaikan oleh Bima Arya selanjutnya akan terus dijadikan bahan diskusi dan masukan. Bahaya hoaks tidak bisa diatasi dengan cara cara lama. Saat ini hoaks disinformasi atau miss informasi yakni tentang berita bohong, informasi yang salah paham atau informasi yang salah memang sengaja disebarluaskan menjadi penting untuk ditangkal dengan narasi positif.
“Meskipun tantangannya berat, tapi ini harus dilakukan upaya dari lingkup yang kecil kemudian menjadi besar sehingga memiliki nilai keberlanjutan,”katanya. Ia berharap ilmu yang didapat pada kegiatan lokalatih ini bisa disebarluaskan kepada keluarga, teman, komunitas, organisasi maupun pada aktivitas sosial lainnya. Sehingga narasi positif bisa terus berproduksi dan berkelanjutan untuk menangkal hoaks.(*)