indate.net-CIBINONG – Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor, siaga bencana menghadapi peralihan musim. Sebagaimana perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), di mana pada No vember ini masuk masa peralihan musim kemarau ke hujan atau pancaroba. Direktur Umum Perumda Tirta Kahuripan, Abdul Somad mengatakan, sejak awal November curah hujan mulai kembali normal sehingga debit sungai dan mata air mulai kembali normal.
Namun, musim pancaroba seringkali ditandai dengan keadaan cuaca yang tidak menentu disertai angin kencang dan curah hujan tinggi yang juga bisa mengganggu proses pengolahan air di Instalasi Pengolahan Air (IPA) apabila terjadi banjir dan kekeruhan tinggi sehingga proses produksi air bersih tidak berjalan maksimal.
“Sedangkan di beberapa wilayah rawan bencana berisiko terjadi putusnya jaringan pipa air distribusi karena longsor yang berakibat pelayanan air bersih untuk pelanggan terganggu,” kata Abdul Somad, Senin (27/11/2023). Untuk mengantisipasi risiko tersebut, lanjutnya, Perumda Air Minum Tirta Kahuripan telah melakukan mitigasi bencana untuk mencegah kerugian yang lebih besar baik dengan antisipasi jangka pendek maupun jangka menengah.
Untuk jangka pendek, kata Abdul Somad menjelaskan, Perumda Air Minum Tirta Kahuripan memastikan ketersediaan stok pompa, genset, perpipaan, bahan kimia yang sesuai dengan kondisi kekeruhan air baku sungai dan menyiagakan 11 unit mobil tangki apabila terjadi gangguan pengaliran.
Selain itu, Perumda Air Minum Tirta Kahuripan telah bekerja sama dengan Komunitas Peduli Sungai Cileungsi Cikeas (KP2C) untuk mendapatkan infomasi keadaan debit air di hulu sungai untuk antisipasi awal dan informasi cemaran limbah di sungai tersebut yang nantinya akan dilaporkan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bogor untuk dilakukan penindakan. Sedangkan untuk antisipasi jangka menengah, Perumda Air Minum Tirta Kahuripan melakukan kerjasama dengan pihak swasta dalam hal peningkatan teknologi pengolahan air sekaligus untuk menjawab tantangan risiko krisis atas air di saat kondisi musim ekstrim.(*)